
Pekerja Gen Z, atau Generasi Z, dikenal sebagai generasi digital native yang penuh inovasi. Awalnya, generasi ini diharapkan menjadi aset berharga bagi dunia kerja. Namun, kenyataan berbicara lain di dunia kerja. | ilustrasi: Pekerja Gen Z di dunia kerja. (Grafis: Kru Pewarta)
Pekerja Gen Z menjadi generasi yang cukup banyak terdampak pemecatan oleh perusahaan. Selain karena kondisi ekonomi dan internal perusahaan, ternyata ada alasan lain terkait karakter generasi tersebut yang menjadi pemicunya.
WartaBerita.Net | JAKARTA – Pekerja Gen Z, atau Generasi Z, dikenal sebagai generasi digital native yang penuh inovasi. Awalnya, generasi ini diharapkan menjadi aset berharga bagi dunia kerja. Namun, kenyataan berbicara lain.
Berdasarkan laporan yang dikutip dari beberapa sumber, sejumlah perusahaan besar tercatat telah memberhentikan para pekerja Gen Z ini. Berdasarkan laporan tersebut, ada 6 dari 10 perusahaan yang disurvei menyatakan telah memecat pekerja fresh graduate. Padahal, para pekerja Gen Z yang kena pecat itu baru direkrut tahun 2024 ini.
Pekerja Gen Z Bertumbangan di Banyak Perusahaan
Laporan ini berdasarkan temuan Intelligent, yaitu sebuah platform konsultasi pendidikan dan karier. Tercatat, platform konsultasi tersebut telah mengeluarkan laporan mengenai kinerja pekerja Gen Z yang bekerja di beberapa perusahaan dalam survei platform itu. Setidaknya hampir 1000 perusahaan berpartisipasi dalam survei tersebut.
Alasan Perusahaan Pecat Pekerja Gen Z
Laporan tersebut juga mengungkapkan beberapa alasan perusahaan memecat pekerja Gen Z. Diantaranya ialah kurangnya motivasi karyawan, kurang professional, kemampuan komunikasi yang buruk, serta beberapa alasan lainnya.
Berikut ini adalah 11 alasan perusahaan memecat pekerja Gen Z
- Motivasi diri yang lemah
- Kurang mengambil inisiatif
- Kurang Professional
- Buruknya kemampuan dalam berorganisasi
- Lemah dalam komunikasi
- Sulit menerima masukan
- Kurang pengalaman kerja yang sesuai
- Lemah dalam kreativitas, terutama kemampuan pemecahan masalah
- Keterampilan teknis yang kurang
- Tidak dapat beradaptasi dengan budaya kerja perusahaan
- Terlalu egois, sehingga sulit bekerja dalam tim
“Banyak lulusan perguruan tinggi baru-baru ini mungkin kesulitan memasuki dunia kerja untuk pertama kalinya karena hal ini dapat menjadi kontras yang sangat besar dari apa yang mereka terbiasa selama perjalanan pendidikan mereka,” kata Huy Nguyen, penasihat utama pendidikan dan pengembangan karir di Intelligent, dalam laporannya, sebagaimana dikutip dari NYT.
Lebih lanjut, Nguyen mengungkapkan beberapa kekurangan yang menghinggapi para pekerja Gen Z.
Menurutnya, tidak seperti generasi sebelumnya, Gen Z menderita persepsi publik bahwa mereka secara kronis dibatasi oleh rentang perhatian yang pendek, kebiasaan malas, dan keteguhan hati untuk keseimbangan kerja-hidup yang kuat. Hal ini sebagai sebuah produk sampingan dari tumbuh dewasa di dunia digital.
Dia juga mengatakan bahwa pekerja muda yang berasal dari Generasi Z juga dianggap lebih mungkin untuk “terpicu” dan digerakkan oleh kampanye politik dan sosial yang didorong oleh media sosial. Hal ini dapat mengganggu alur kerja dan menciptakan masalah bagi atasan mereka.
Gen Z Kesulitan Berkembang Dalam Budaya Perusahaan
Mengapa para profesional muda dari kalangan generasi Z kesulitan berkembang?
Salah satu penjelasannya adalah pekerja Gen Z sering menolak kehidupan dalam budaya perusahaan, terutama ketika menyangkut tugas-tugas yang mereka anggap tidak penting.
Mengutip penjelasan dari pengusaha teknologi Joe Procopio mencatat dalam sebuah editorial Inc. baru-baru ini, dia mengungkapkan bahwa banyak pekerja muda yang frustrasi dengan ditugaskan tugas-tugas yang membosankan alih-alih pekerjaan yang bermakna.
“Bukannya mereka tidak ingin kembali ke kantor. Mereka tidak ingin terlibat dalam apa pun yang mereka lakukan ketika mereka sampai di sana,” ungkap Procopio, sebagaimana dikutip dari MoneyWise pada Jumat (25/10/2024).
“Alasan tidak ada keseimbangan kerja-hidup bukan karena kehidupan telah pergi, melainkan karena pekerjaan telah pergi. Semuanya hanya berbaur sekarang,” lanjutnya
Selain itu, pekerja muda mungkin kurang memahami norma profesional seperti komunikasi, kode berpakaian, ketepatan waktu, dan kerja tim.
Kebanyakan pekerja Gen Z tumbuh dengan fokus pada keseimbangan kerja-hidup. Mereka memandang pekerjaan sebagai bagian dari kehidupan, bukan pusatnya, yang menantang harapan tradisional tentang jam kerja yang panjang dan ketersediaan diri mereka dalam pekerjaan itu secara konstan selama jam kerja tersebut. [WB]
Temukan berbagai artikel paling menarik, teraktual dan terpopuler lainnya dari WartaBerita.Net di GoogleNews |