WartaBerita.Net | JAKARTA — Bahwa di masa depan, bukan negara besar yang akan mengalahkan negara kecil ataupun negara kaya yang akan mengalahkan negara miskin, melainkan negara cepat yang akan mengalahkan negara yang lambat.
Agar dapat bersaing dengan negara-negara lain, dibutuhkan setidaknya perkuatan 3 hal sebagai fondasi utama demi memperkuat daya saing Indonesia di kancah persaingan global.
Dongkrak Daya Saing Indonesia lewat 3 Hal Ini
tiga fondasi utama yang dapat mendongkrak daya saing Indonesia yaitu, yakni infrastruktur, hilirisasi dan industrialisasi, serta digitalisasi.
Infrastruktur
“Soal infrastruktur, ini mungkin baru akan terasa nanti lima tahun atau sepuluh tahun yang akan datang, tidak bisa instan dirasakan dampaknya sekarang. Tetapi di tengah kompetisi dengan negara-negara lain, kalau infrastruktur Indonesia baik, akan bisa bersaing.
Sebagai informasi, dalam tujuh tahun ini, telah bertambah 2.042 km jalan tol, 5.500 km jalan nontol, bandara baru 16, pelabuhan baru 18, bendungan baru 38, irigasi 1,1 juta hektare. Pembangunan infrastruktur ini menjadi fondasi daya saing Indonesia untuk nanti berkompetisi dengan negara-negara lain.
Hilirisasi dan Industrialisasi
Dengan melakukan hilirisasi dan industrialisasi, pemerintah akan mendapatkan banyak keuntungan. Pertama, penerimaan pajak akan meningkat, kedua, akan membuka lapangan pekerjaan yang sangat banyak.
Terkait hilirisasi dan industrialisasi ini, kita dapat mengambil contoh pengelolaan nikel di Tanah Air.
Presiden Jokowi sempat menyoroti ekspor bahan mentah yang telah dilakukan sejak lama, misalnya nikel. Menurutnya, nilai ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah pada 2014 hanya mencapai USD1 miliar atau Rp15 triliun dan melompat berkali-kali lipat setelah ekspor tersebut dihentikan.
“Begitu kita stop, 2017 setop (ekspor bahan mentah) nikel, ekspor di 2021 mencapai Rp300 triliun lebih. Dari Rp15 triliun, melompat menjadi Rp300 triliun. Itu baru satu komoditas,” jelas Jokowi.
Untuk itu, pemerintah berencana menghentikan ekspor dalam bentuk bahan mentah untuk komoditas lainnya, seperti timah, bauksit dan lainnya.
“Setelah nikel inilah, meskipun belum rampung (gugatan) di WTO, akan kita stop lagi tahun ini mungkin timah atau bauksit, stop. Kerjakan oleh BUMN, bekerja sama dengan swasta. Kalau BUMN dan swasta belum siap teknologinya, mengambil partner, enggak apa-apa. Partner asing untuk transfer teknologi, enggak apa-apa,” jelasnya.
Jika hilirisasi dan industrialisasi tersebut dilakukan secara konsisten, diyakini akan ada peningkatan PDB ekonomi Indonesia. Saat ini, PDB yang saat ini berada pada ranking 15 di dunia akan dapat melompat ke urutan ketujuh di dunia pada 2030 nanti, dan urutan keempat pada tahun 2045.
Perkiraannya, bila pertumbuhan ekonomi Indonesia baik, praktis GDP nya juga baik. Nanti di 2030 diperkirakan PDB sudah tiga kali yang sekarang, dari yang sekarang USD1,2-1,3 triliun menjadi di atas USD3 triliun. Ujungnya, APBN Indonesia pun akan menjadi lebih besar.
Digitalisasi
Fondasi ketiga adalah digitalisasi, utamanya untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Menurut catatan, saat ini ada 65,4 juta UMKM di Indonesia, yang semuanya berkontribusi pada 61 persen ekonomi Indonesia.
Jangan melupakan pelaku UMKM kecil-kecil ini. Oleh sebab itu, Pemerintah terus mendorong para pelaku UMKM untuk masuk pada ekosistem digital.
Hal ini nantinya yang akan menjadi penguat daya saing Indonesia, sebagai fondasi kuat ekonomi RI.
Sebagai informasi, ketiga hal penguat daya saing Indonesia disampaikan Presiden Joko Widodo dalam sambutannya saat secara resmi membuka Silaturahmi Nasional (Silatnas) Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) Tahun 2022 yang digelar di Sentul International Convention Center (SICC), Kabupaten Bogor, pada Jumat, 5 Agustus 2022 lalu. [WB]