WartaBerita.Net | JAKARTA – Inflasi di Tanah Air sejauh ini masih dalam kategori terkontrol, bahkan masih di bawah prediksi pemerintah.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa inflasi tercatat 5,95 persen year-on-year (yoy) pada September 2022. Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara mengatakan bahwa angka tersebut berada di bawah prediksi pemerintah yaitu mencapai di atas 6 persen.
“Bulan lalu kita menaikkan harga BBM, melakukan pengalihan subsidi BBM. Ini adalah satu bukti bahwa kemarin ketika kita menaikkan harga BBM, seluruh elemen masyarakat, termasuk Pemerintah Daerah, menjaga harga di daerahnya masing-masing,” kata Wamenkeu dalam Seminar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) yang diselenggarakan di Aula Mapalus, Kantor Gubernur Sulawesi Utara, Manado pada Senin (3/10/2022).
Pemerintah memahami ketika harga BBM disesuaikan, inflasi akan meningkat tetapi tidak di luar kontrol. Wamenkeu meyakini inflasi month-to-month bulan depan akan menurun dan mulai menuju normal.
“Ini menjadi fundamental yang bagus untuk perekonomian Indonesia dalam menyelesaikan tahun 2022 dan memasuki tahun 2023,” ujar Wamenkeu.
Kelola Inflasi, Masyarakat Harus Ikut Menjaga Harga
Terkait pengelolaan inflasi. Wamenkeu mengatakkan fundamental ekonomi yang bagus harus terus dijaga. Dia meminta segenap lapisan masyarakat ikut menjaga harga agar dapat terus terkontrol dengan baik.
“Ini adalah fundamental yang bagus dan harus kita jaga bersama-sama. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah kita akan terus menjaga,” kata Wamenkeu.
Di sisi lain, Purchasing Manager’s Index (PMI) meningkat dari semula 51,7 pada Agustus 2022 menjadi 53,7 pada September 2022. Wamenkeu mengatakan peningkatan tersebut sangat baik karena menunjukkan dunia usaha mulai melakukan stock up atau mulai membeli baran, yang artinya proses produksi juga akan meningkat.
Sebagai informasi, Purchasing Manager’s Index, atau Indeks manajer pembelian (PMI) adalah indikator ekonomi yang berasal dari survei bulanan perusahaan sektor swasta.
Angka yang tinggi di atas 50 menunjukkan kinerja sektor swasta membaik. Sementara, bila angka berada di bawah 50, menunjukkan kondisi ekonomi yang sedang tidak baik. [WB]