
China-ASEAN CAFTA 3.0 telah rampung. Kesepakatan ini menandai era baru kerja sama ekonomi digital dan rantai pasok antara China dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. | WartaBerita.Net -- Foto udara yang diambil pada tanggal 30 April 2025 menunjukkan sebuah kapal kargo berlabuh di dermaga peti kemas Pelabuhan Qingdao di Qingdao, Provinsi Shandong, China timur. Tahun ini, pelabuhan Qingdao telah aktif memperluas rute pelayaran internasionalnya, khususnya untuk regional ASEAN. (Foto: Xinhua/Li Ziheng)
China-ASEAN CAFTA 3.0 telah rampung. Kesepakatan ini menandai era baru kerja sama ekonomi digital dan rantai pasok antara China dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
WartaBerita.Net | JAKARTA – China dan sepuluh negara anggota ASEAN resmi menyelesaikan negosiasi untuk peningkatan Perjanjian Perdagangan Bebas China-ASEAN (CAFTA) versi 3.0.
Kesepakatan China-ASEAN CAFTA versi terkini ini adalah sebuah tonggak penting dalam kerja sama ekonomi bilateral yang diprediksi akan memberikan dorongan signifikan bagi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi global.
Pengumuman ini disampaikan dalam pertemuan khusus para menteri ekonomi dan perdagangan China-ASEAN yang digelar secara daring pada Selasa (21/05/2025), sebagaimana dikutip WartaBerita.Net pada Rabu (22/05/2025) dari rilis resmi Kementerian Perdagangan China.
China-ASEAN CAFTA 3.0, Sinyal Kerja Sama Perdagangan
Kesepakatan kerja sama perdagangan China ASEAN CAFTA 3.0 ini disebut sebagai sinyal kuat dukungan terhadap perdagangan bebas dan kerja sama terbuka.
Kementerian Perdagangan China juga menekankan bahwa kesepakatan ini akan meningkatkan kepastian dalam perdagangan regional dan global, serta menjadi model kerja sama yang inklusif dan saling menguntungkan.
Sejak diluncurkan pada tahun 2010, CAFTA telah mengalami dua kali pembaruan besar. Versi 2.0 disepakati pada 2015 dan mulai berlaku pada 2019.
Dengan selesainya negosiasi China-ASEAN CAFTA 3.0, kedua pihak menargetkan penandatanganan resmi protokol peningkatan ini sebelum akhir tahun 2025.
Menurut Feng Gui, profesor hukum dari Guangxi University of Finance and Economics, keberhasilan ini merupakan contoh nyata kerja sama antara negara-negara Global South. Ia menilai CAFTA 3.0 akan memperkuat kolaborasi dalam kapasitas industri, teknologi, serta meningkatkan proses industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN.
Bab Baru: Ekonomi Digital dan Rantai Pasok
Kesepakatan China-ASEAN CAFTA 3.0 memperkenalkan sembilan bab baru yang mencakup topik-topik penting seperti ekonomi digital, ekonomi hijau, dan konektivitas rantai pasok. Ini merupakan terobosan besar yang akan mendorong integrasi ekonomi regional yang lebih luas dan mendalam.
Zhang Xiaojun, wakil presiden Southwest University of Political Science and Law, menyebut aturan konektivitas rantai pasok sebagai tonggak baru kerja sama strategis. Aturan ini akan memperlancar aliran barang dan jasa penting secara lintas batas serta memperkuat konektivitas infrastruktur kawasan.
“Regulasi ini bukan hanya akan mengoptimalkan arus produksi lintas negara, tetapi juga memberikan dukungan institusional dalam membangun rantai pasok yang aman dan stabil,” jelas Zhang.

Ekonomi Digital Jadi Sorotan
Ekonomi digital disebut sebagai salah satu sektor utama yang akan mendapat manfaat dari CAFTA 3.0. Menurut Chen Zhe, dosen di School of International Law, Southwest University, pengalaman China dalam pengembangan infrastruktur digital akan menjadi modal penting bagi negara-negara ASEAN.
Dukungan tersebut akan membuka lebih banyak peluang investasi dan transfer teknologi, khususnya bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di kawasan. Ia juga menambahkan bahwa cakupan China-ASEAN CAFTA 3.0 melampaui kesepakatan perdagangan bebas sebelumnya dari China, mencerminkan komitmen kuat dalam membentuk aturan perdagangan digital global.
“CAFTA 3.0 tidak hanya memperkuat hubungan ekonomi antara China dan ASEAN, tetapi juga menunjukkan posisi aktif China dalam membentuk regulasi perdagangan digital internasional,” tegas Chen.
Potensi Ekonomi Besar di Kawasan
Dengan populasi gabungan yang mencakup hampir seperempat penduduk dunia, China dan ASEAN telah menjadi mitra dagang terbesar satu sama lain selama lima tahun terakhir. Nilai perdagangan bilateral melonjak dari kurang dari 8 miliar dolar AS pada 1991 menjadi hampir 1 triliun dolar pada 2024.
Data terbaru dari Administrasi Umum Bea Cukai China mencatat nilai perdagangan China-ASEAN mencapai 2,38 triliun yuan (sekitar 330,85 miliar dolar AS) selama empat bulan pertama tahun 2025, meningkat 9,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sekretaris Jenderal ASEAN, Kao Kim Hourn, mengatakan bahwa kemitraan yang lebih dalam akan memungkinkan pembangunan bersama yang berkualitas tinggi, terutama dalam bidang manufaktur cerdas, transformasi hijau, dan peningkatan konektivitas.
Menjawab Tantangan Global
Di tengah meningkatnya proteksionisme global, kerja sama antara China-ASEAN CAFTA 3.0 ini menjadi contoh alternatif pembangunan berbasis integrasi aturan yang setara dan saling menguntungkan. Feng Gui menekankan bahwa CAFTA memberikan peluang baru untuk menciptakan sistem perdagangan multilateral yang lebih adil.
Menteri Perdagangan China, Wang Wentao, menegaskan komitmen China untuk terus bekerja sama dengan ASEAN dalam menjaga kelancaran rantai pasok global, mendukung pembangunan bersama, dan menegakkan keadilan internasional.
“China siap bekerja sama dengan ASEAN untuk menjaga kelancaran dan stabilitas kegiatan industri dan rantai pasok global, memberikan kontribusi lebih besar demi pertumbuhan kedua belah pihak, dengan tetap menjaga prinsip keadilan dan kesetaraan,” tutup Wang Wentao. [WB]
Temukan berbagai artikel paling menarik, teraktual dan terpopuler lainnya dari WartaBerita.Net di GoogleNews |