WartaBerita.Net | NEW YORK – Krisis perbankan AS perlahan-lahan bergerak melesatkan harga emas. Harga logam kuning itu terus merangkak naik.
Permintaan akan logam mulia semakin meningkat karena kebangkitan permintaan dari konsumen di China. Selain itu, kekhawatiran atas kesehatan bank-bank regional di Amerika Serikat menjadi perhatian.
Kekhawatiran itu telah menambah bahan bakar reli harga emas selama enam bulan terakhir.
Konsumen China
Menurut Dewan Emas Dunia, lembaga industri, konsumen di China berbondong-bondong untuk membeli perhiasan, batangan, dan koin lebih banyak lagi selama tiga bulan pertama tahun ini.
Peningkatan permintaan itu terjadi setelah Beijing mengangkat kebijakan nol COVID-19. Tak hanya itu, perihal krisis perbankan AS akibat kegagalan tiga bank regional di negara adidaya itu juga mendorong investor untuk beralih ke emas. Pasalnya, logam mulia itu berperan sebagai penyimpan nilai dalam situasi yang tidak pasti.
Krisis Perbankan di AS Belum Mereda
Menilik perkembangan krisis perbankan AS terbaru, di mana bank regional AS PacWest mengatakan sedang mengeksplorasi penjualan potensial. Langkah itu mereka lakukan untuk menjamin masa depan bank tersebut.
Tak pelak, langkah tersebut mendorong perdagangan kontrak berjangka emas di bursa Comex untuk menyamai rekor tertingginya sebesar $2.072 pada Kamis (4/05/2023).
Harga emas spot pun mendekati rekor tertingginya sebesar $2.072,49 pada hari yang sama, menurut Refinitiv.
Namun, harga tersebut turun sedikit menjadi $2.008 pada Jumat (5/05/2023) setelah data pekerjaan AS yang lebih baik dari perkiraan.
Harga Emas Reli di Akhir Pekan Perdagangan
Rilis data tersebut meningkatkan kemungkinan bahwa Federal Reserve mungkin harus menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk menekan inflasi.
Reli harga emas terbaru menuju rekor tertinggi ini berkat dorongan lebih lanjut dari Federal Reserve bahwa kenaikan suku bunga pada Rabu (3/05/2023) mungkin menjadi yang terakhir.
Sebagai informasi, harapan kenaikan suku bunga mengurangi daya tarik emas bagi investor. Pasalnya, mereka kehilangan imbal hasil obligasi dengan memegang emas batangan yang tidak menghasilkan.
Harga emas mengalami kebangkitan sejak November, didukung oleh pembelian sebanyak 1.087 ton oleh bank-bank sentral tahun 2022 lalu.
Institusi non-barat menyerbu logam kuning untuk menyeimbangkan ketergantungan mereka pada dolar AS setelah Washington menempatkan tekanan pada greenback dalam sanksinya terhadap Moskow.
Pembelian Emas oleh Bank Sentral Terus Berlanjut
Pembelian dari bank-bank sentral telah berlanjut hingga tahun ini. Hingga saat ini, total pembelian sebanyak 228 ton emas di kuartal pertama. Meskipun demikian, tingkat pembeliannya menurun berbanding dengan tingkat pembelian yang sangat tinggi pada paruh kedua tahun lalu, menurut laporan triwulanan oleh Dewan Emas Dunia.
John Reade, kepala strategi pasar di WGC, mengatakan bahwa apakah emas dapat terus naik tergantung pada apakah investor melihat tanda-tanda krisis perbankan yang semakin memburuk, kepastian kapan Federal Reserve AS akan mulai memotong suku bunga, dan dolar yang melemah.
Pengamat Prediksi Investasi Emas Akan Naik
Menurut John Reade, investasi emas akan naik karena banyak investor belum meliriknya.
“Ada dorongan dan tarikan dari berbagai sisi, namun yang belum terungkap adalah investasi finansial yang luas dalam bentuk emas,” kata John Reade.
“Dari sini, harga emas pasti akan mencapai level tertinggi. Namun, pertanyaannya adalah apakah harga akan terus naik dan mendapatkan keuntungan yang signifikan.”
Namun, dana investasi yang didukung emas mengalami penurunan pada tahun lalu. Hal ini terjadi karena tingkat suku bunga yang lebih tinggi menarik investor pada obligasi. Karena, obligasi memberikan tingkat pengembalian lebih tinggi dibandingkan dengan logam mulia. Sebagaimana diketahui, emas merupakan aset yang tidak memberikan penghasilan.
Krisis Perbankan AS Jadi Pemicu
Pada kuartal pertama 2023, keluarnya dana investasi mencapai 29 ton, senilai $1,5 miliar, dan periode keluar selama 11 bulan berbalik pada Maret ketika krisis perbankan AS dimulai.
Sebagai hasil dari faktor-faktor tersebut, permintaan emas, termasuk aktivitas over-the-counter, naik 1 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 1.174 ton pada kuartal pertama.
Harga emas yang tinggi telah menyebabkan penurunan permintaan dan mendorong aktivitas penjualan. Aksi jual ini terutama di kalangan konsumen sensitif harga di India. Tercatat, di India penjualan perhiasan turun 17 persen dibandingkan tahun lalu pada tiga bulan pertama tahun 2023.
Pembeli Misterius Borong Emas
Sejumlah besar pembelian emas bank sentral di paruh kedua tahun lalu dilakukan oleh pembeli misterius. Julukan “pembeli misterius” karena tidak melaporkan pembelian mereka ke IMF. Mereka diduga kuat berasal dari entitas China, Rusia, dan Timur Tengah.
Pembelian misterius itu terus berlanjut pada kuartal pertama tahun ini dengan jumlah 110 hingga 120 ton, yang lebih rendah dibandingkan 500 hingga 580 ton pada enam bulan terakhir tahun 2022.
Meskipun jumlahnya dapat turun saat bank sentral melaporkan pembelian mereka, Reade mengatakan bahwa penurunan itu kemungkinan besar disebabkan oleh Bank Sentral China yang sekarang melaporkan pembeliannya. [WB]
Temukan berbagai artikel paling menarik, teraktual dan terpopuler lainnya dari WartaBerita.Net di GoogleNews |