Kerusuhan Prancis tak kunjung reda hingga malam kedua. Presiden Emmanuel Macron menggelar rapat krisis bersama jajarannya guna meredam aksi tersebut.
WartaBerita.Net | PARIS – Kerusuhan pecah di Prancis setelah seorang remaja tewas dalam insiden yang melibatkan kepolisian. Lebih dari 150 orang ditangkap dalam kerusuhan Prancis.
Kerusuhan yang makin meluas ini merupakan gambaran kemarahan terhadap kekerasan polisi yang dirasakan oleh banyak warga, terpicu dari sebuah kejadian tragis.
Kejadian tragis ini terjadi ketika seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun ditembak mati oleh seorang petugas polisi di sebuah wilayah pinggiran kota.
Rapat Krisis Demi Redam Kerusuhan Prancis
Sebagaimana dikutip dari Reuters, Presiden Emmanuel Macron mengadakan pertemuan krisis dengan para menteri senior pada Kamis (29/06/2023).
“Beberapa jam terakhir telah ditandai dengan adegan kekerasan terhadap kantor polisi tetapi juga sekolah dan balai kota, dan dengan demikian institusi Republik dan adegan ini sepenuhnya tidak dapat dibenarkan,” kata Macron saat membuka rapat krisis tersebut.
Rapat krisis ini terpicu oleh kerusuhan Prancis yang makin membara dan terus menyebar di seluruh Prancis dalam dua malam terakhir.
Kerusuhan ini akibat penembakan polisi yang melakukan tidakan mematikan terhadap seorang remaja keturunan Afrika Utara saat melakukan pemberhentian akibat pelanggaran lalu lintas.
Menurut laporan, remaja tersebut dilaporkan membawa senjata api tiruan dan terlibat dalam serangkaian perampokan bersenjata sebelum insiden itu terjadi.
Namun, berita kematian remaja tersebut telah memicu kemarahan di kalangan masyarakat Prancis.
Makin Meluas
Kerusuhan meletus di beberapa kota di Prancis, termasuk Paris, Marseille, dan Lyon. Demonstran membakar ban dan menghancurkan kendaraan, merusak properti, dan bentrokan dengan pasukan keamanan. Polisi merespons dengan menggunakan gas air mata dan meriam air untuk mencoba mengendalikan situasi.
Episentrum kerusuhan berada di Nanterre, sebuah kota kelas pekerja di pinggiran barat Paris. Kota tersebut menjadi tempat penembakan bocah lelaki berusia 17 tahun yang teridentifikasi sebagai Nahel terjadi.
Kelompok-kelompok masyarakat sipil dan organisasi hak asasi manusia telah mengutuk tindakan kepolisian dan meminta penyelidikan menyeluruh terhadap kejadian ini. Mereka mendesak pemerintah untuk bertindak secara tegas dalam menghadapi masalah kekerasan polisi yang terus meningkat.
Macron Mengutuk Aksi Kerusuhan
Presiden Prancis, dalam sebuah pernyataan resmi, mengecam kekerasan dan kerusuhan tersebut, sambil mengakui perlunya untuk memastikan perlakuan yang adil dan proporsional dari aparat penegak hukum.
Dia berjanji untuk menjalankan investigasi independen terhadap insiden ini dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Kerusuhan Prancis ini mencerminkan ketegangan yang ada antara masyarakat dan aparat penegak hukum di negara itu. Kritik terhadap kekerasan polisi dan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia telah menjadi isu yang sensitif dan penting di Prancis selama beberapa tahun terakhir.
Kejadian ini menggarisbawahi perlunya reformasi dan dialog yang lebih luas untuk membangun kepercayaan antara warga dan kepolisian.
Kerusuhan Prancis ini masih berlanjut. Pemerintah Prancis sedang berusaha mengatasi situasi tersebut dengan peningkatan keamanan dan dialog dengan kelompok masyarakat.
Sering Dilanda Kerusuhan
Sebagai catatan, selama beberapa waktu terakhir kerap terjadi kerusuhan Prancis secara massal dan luas.
Sebelum kerusuhan akibat tragedi penembakan remaja oleh polisi ini, Prancis juga telah mengalami berbagai gelombang protes berujung kerusuhan.
Hal ini terjadi akibat warga melampiaskan kemarahan mereka terhadap reformasi pensiun Presiden Emmanuel Macron. kerusuhan Prancis ini bahkan terjadi selama rentang waktu sejak pengumuman reformasi pensiun itu.
Puncaknya ketika ratusan ribu pengunjuk rasa bentrok dengan pasukan keamanan Prancis saat mereka turun ke jalan merayakan Hari Buruh pada 1 Mei 2023.
Para buruh turun untuk merayakan hari itu, sekaligus melampiaskan kemarahan mereka terhadap reformasi pensiun Presiden Emmanuel Macron.
Kementerian Dalam Negeri Prancis menyebut sekitar 782.000 orang melakukan protes di seluruh Prancis, termasuk 112.000 di Paris saja. Serikat CGT mengatakan menghitung 2,3 juta pengunjuk rasa di seluruh Prancis, termasuk 550.000 di ibu kota.
Serikat-serikat buruh telah mengharapkan jumlah pemilih yang besar secara nasional untuk menggoyang posisi Macron, yang telah disambut oleh cemoohan saat dia melakukan tur ke negara itu untuk mempertahankan reformasi dan meluncurkan kembali masa jabatan keduanya. [WB]
Temukan berbagai artikel paling menarik, teraktual dan terpopuler lainnya dari WartaBerita.Net di GoogleNews |