WartaBerita.Net | NEW YORK – Volodymyr Zelenskyy, Presiden Ukraina saat ini yang sedang mati-matian mempertahankan negaranya dari serangan invasi Rusia, mendesak Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) agar mencabut hak veto Rusia. Dia juga menjabarkan syara-syarat pra-kondisi untuk perdamaian bagi negaranya untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina yang masih berkecamuk.
Pidato Volodymyr Zelenskyy itu datang beberapa jam setelah Putin mengumumkan Rusia akan memobilisasi beberapa pasukan cadangannya demi memenangkan perang Rusia-Ukraina.
Presiden Ukraina pada Rabu (21/9/2022) memohon dunia untuk menghukum Rusia atas invasinya. Volodymyr Zelenskyy bahkan bersumpah bahwa pasukan Ukraina akan memenangkan kembali setiap jengkal wilayah,di tengah upaya Moskow untuk melipatgandakan upaya memenangkan perangnya melawan Ukraina.
Volodymyr Zelenskyy Bertekad Menangkan Perang
Dalam pidato video yang sangat dinanti-nantikan di Majelis Umum PBB beberapa jam setelah Rusia mengumumkan akan memobilisasi beberapa pasukan cadangan, Volodymyr Zelenskyy menggambarkan deklarasi tersebut sebagai bukti bahwa Kremlin tidak siap untuk merundingkan diakhirinya perang.
Dalam pidatonya, tVolodymyr Zelenskyy tetap bersikeras negaranya akan tetap menang. “Kami dapat mengembalikan bendera Ukraina ke seluruh wilayah kami. Kami dapat melakukannya dengan kekuatan senjata,” ujarnya.
“Tapi kita butuh waktu,” lanjutnya.
Zelenskyy tidak membahas perkembangan secara detail. Tetapi dia menyarankan bahwa setiap pembicaraan negosiasi Rusia hanyalah taktik penundaan, dan bahwa tindakan Moskow berbicara lebih keras daripada kata-katanya.
“Mereka berbicara tentang pembicaraan tetapi mengumumkan mobilisasi militer. Mereka berbicara tentang pembicaraan tetapi mengumumkan pseudo-referendum di wilayah pendudukan Ukraina,” katanya.
Keputusan Putin
Sebelumnya, pada Rabu (21/9/2022) siang WIB, Putin mengeluarkan perintah mobilisasi parsial pasukan cadangan. setidaknya, ada sebanyak 300 ribu pasukan cadangan segera diaktifkan berdasarkan perintah Presiden Rusia itu.
Para pengamat menilai langkah Putin itu upaya untuk merebut momentum membalas serangan balasan Ukraina bulan ini yang berhasil merebut kembali petak-petak wilayah yang telah dikuasai Rusia.
Aktivasi pasukan cadangan Rusia ini menjadi yang pertama sejak Perang Dunia Kedua. Tindakan ini tentu membawa risiko bagi Rusia, yang dapat meningkatkan kecemasan dan antipati warganya terhadap perang.
Terbukti, tak lama setelah pengumuman Putin, penerbangan ke luar negeri dengan cepat dipenuhi ketika orang-orang berebut memesan tiket sekali jalan dan harga melonjak. Ratusan orang ditangkap dalam unjuk rasa anti perang di seluruh negeri.
Sehari sebelumnya, bagian timur dan selatan Ukraina yang dikuasai Rusia mengumumkan rencana referendum untuk menjadi bagian dari Rusia. Para pemimpin Ukraina dan sekutu Barat mereka menganggap pemungutan suara itu tidak sah. [WB]