Gaya Kepemimpinan Prabowo Subianto saat nantinya memimpin Indonesia menggantikan Jokow Widodo selama 5 tahun ke depan mulai Oktober 2024 menjadi sorotan.
WartaBerita.Net | JAKARTA – Seorang analis politik terkemuka dari Amerika Serikat, Salil Tripathi, telah mengungkapkan prediksinya terhadap gaya kepemimpinan Prabowo Subianto, seorang sosok potensial presiden Republik Indonesia, jika nantinya terpilih berdasarkan hasil perhitungan resmi yang saat ini masih berlangsung.
Dalam analisisnya yang berjudul ‘Bagaimana Prabowo Memimpin Indonesia?’, yang diterbitkan oleh Foreign Policy pada hari Rabu (28/02/2024) lalu, Tripathi menyajikan pandangannya.
Prediksi Gaya Kepemimpinan Prabowo
Menurut Tripathi, Prabowo kemungkinan besar akan melihat keberhasilan politiknya sebagai prestasi yang patut diacungi jempol. Walaupun, memang perlu diakui dan tidak bisa diabaikan bahwa kesuksesannya sebagian besar didukung oleh Presiden Indonesia saat ini, Joko Widodo.
Prabowo telah memilih Gibran Rakabuming, anak sulung Jokowi, sebagai calon wakil presiden dalam Pemilu, yang menunjukkan keterlibatan Jokowi yang semakin dalam dalam ranah politik.
“Dengan dukungan Jokowi yang tidak langsung, Prabowo mungkin akan lebih percaya diri untuk memerintah tanpa bergantung sepenuhnya padanya,” ujar Tripathi, sebagaimana dikutip WartaBerita.Net pada Sabtu (2/03/2024).
Tripathi memperkirakan bahwa salah satu gaya kepemimpinan Prabowo kemungkinan besar akan mengambil langkah-langkah populis yang berisiko.
Hal ini diambil demi mempertahankan dukungan dalam negeri, seperti rencana memberikan makan siang gratis bagi anak-anak di sekolah.
Risiko Kebijakan Makan Siang Gratis
Hanya saja, yag perlu mendapat perhatian, Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo menyatakan bahwa anggaran yang dibutuhkan untuk program ini mencapai Rp120 triliun.
Tripathi pun menganalisa risiko kebijakan ini.
Meskipun langkah ini bisa dilihat sebagai upaya yang baik, Tripathi mengkhawatirkan dampaknya terhadap anggaran negara dan kemungkinan memperlambat defisit fiskal.
“Ini berpotensi meningkatkan inflasi, dan Prabowo mungkin tidak akan memiliki tim menteri yang seberpengalaman dengan para teknokrat seperti era Jokowi,” tulis Tripathi.
Kehilangan Menteri Berpengalaman Soal Keuangan
Dalam tulisannya, Tripathi juga mengulas bahwa gaya kepemimpinan Prabowo berpotensi kehilangan lenteri yang berpengalaman soal pengelolaan keuangan negara.
Salah satu menteri yang disebutkan adalah Sri Mulyani, Menteri Keuangan saat ini, yang terkenal karena keahliannya dan pendekatannya yang reformis dalam menjalankan tugasnya.
Menurut catatan Tripathi, hubungan antara Prabowo dan Sri Mulyani telah menjadi sorotan belakangan ini. Bahkan ada spekulasi bahwa Sri Mulyani mungkin tidak akan diangkat kembali sebagai Menteri Keuangan.
Meskipun Sri Mulyani mungkin tidak akan ada di dalam kabinet Prabowo, beberapa menteri lain dari era Jokowi mungkin akan tetap berada di pos mereka, meskipun hal ini mungkin tidak sesuai dengan keinginan Prabowo.
Penanganan Inflasi dan Emosi Jadi Ujian
Tripathi menyatakan bahwa cara Prabowo menanggapi situasi, terutama jika inflasi meningkat secara signifikan, akan menjadi pengujiannya.
“Responnya terhadap kemungkinan kerusuhan akan menunjukkan karakter dan keberaniannya sebagai pemimpin,” tambahnya lagi.
Tripathi juga menyoroti bahwa jika Prabowo tidak mampu mengendalikan temperamennya yang kontroversial, hal itu dapat menjadi ancaman serius bagi Indonesia. [WB]
Temukan berbagai artikel paling menarik, teraktual dan terpopuler lainnya dari WartaBerita.Net di GoogleNews |